border="0" "/>

MENU

[+] Open Visual Interface

Kerajaan Pertama di Jawa Barat

         Tulisan berikut saya sarikan dari buku “Sejarah Jawa Barat” terbitan “Proyek Penerbitan Buku Sejarah Jawa Barat Pemprov DT I Jawa Barat” yang ditulis oleh Tjetjep Permana ,SH. dan Saleh Dansasasmita, Tahun 1983. Saya menganggap tulisan ini cukup penting untuk diketahui bagi kita selaku warga Jawa Barat untuk mengetahui fragmen sejarah Jawa Barat yang mungkin belum diketahui selama ini.
Tentang kerajaan pertama di kawasan Jawa Barat boleh dikatakan bahwa keberadaanya “Timbul-tenggelam” dalam pandangan para ahli sejarah. Bermula dari berita China dari jaman dinasti Han yang memberitakan bahwa “Raja Yeh-Tiao bernama Tiao-pien mengirimkan utusan ke China dalam tahun 132 Masehi”. Pulau Jawa khususnya Jawa Barat mulai memasuki lingkaran sejara abad kedua Masehi. Ye-Tiao diduga sama dengan Yawadwipa atau Yabadiu, dan nama Tiao-Pien diduga sama dengan Dewawarman.

Sasaran mengarah ke Jawa Barat karena berita itu dihubungkan pula dengan tulisan seorang ahli Ilmu Bumi Mesir bernama Claudius Ptolomeus dalam bukunya Geographia yang ditulis kira-kira tahun 150 M. Berdasarkan berita yang disadapnya dari saudagar-saudagar Arab yang biasa berdagang ke India, ia memberitahukan bahwa di dunia timur terdapat Iabadiou yang subur dan banyak menghasilkan emas. Di ujung barat Iabadiou terletak kota Argyre. Iabadiou dapat dicapai setelah melalui 5 pulau Barousai dan 3 pulau Sabadibai.

Ptolomeus
Wolters dalam bukunya Early Indonesia  Commerce menegaskan bahwa lukisan tentang letak Argyre dalam Geographia Ptolomeus itu sama dengan lukisan beritan China tentang Ko-ying. Ia sangat cenderung berkesimpulan bahwa Argyre = Ko-ying. Namun ia “terpaksa” menempatkan Ko-ying di bagian tenggara Sumatera karena terikat oleh dua buah syarat. Pertama  di sebelah utara Ko-ying dalam berita yang dikutipnya disebutkan ada sebuah gunung api. Kedua , disebutkan pula bahwa di sebelah selatan Ko-ying terdapat sebuah teluk bernama Wen dan di teluk ini terdapat sebuah Chou (Pulau atau daerah pesisir) bernama Pu-Lei.
Dalam peta yang dilampirkannya, wolters memang menepatkan Ko-ying pada bagian tenggara Sumatera. Akan tetapi dalam catatan bawahnya ia menambahkan keterangan bahwa letak Ko-ying belum dapat dipastikan, bahkan boleh jadi (“may even have been”) terletak di Jawa Barat. Sehubungan dengan dugaanya yang kuat itu, rupa-rupanya Wolters pun kurang memperhatikan kehadiran Gunung Krakatau yang sebelum meletus (1883), tentu merupakan sebuah pulau vulkanik yang utuh sehingga dalam abad ke-17 orang Jawa Barat masih menyebutnya sebagai  Nusa Api (apuynusa). Seandainya ia mengambil pantai barat pandeglang untuk meletakkan Argyre yang diyakininya sebagai Ko-ying itu, Wolters masih akan menemukan kondisi yang serupa: Gunung Krakatau di sebelah Utara (barat laut) dan Teluk Ujung Kulon di sebelah selatan lokasi yang mungkin ditunjuknya. Tinggalah ia memilih pulau atau pesisir yang nenebuhi lokasi Pu-lei. Di samping itu rasa penasaran yang terus menggodanya dapat dihapus sebab selain ia masih sanggup memenuhi tuntutan lokasi Ko-ying menurut berita China, ia pun dapat memenuhi lokasi Argyre yang menurut Ptolomeus terletak di ujung barat Iabadiou.
Sampai saat ini lokasi Argyre belum dapat dipastikan, tapi sambil menanti perkembangan lebih lanjut tentang kisah yang masih membuka peluang lebar bagi berbagai kemungkinan ini, sebaiknya kita menyantaikan diri dengan mengikuti penuturan Pangeran Wangsakerta mengenai Kathekang tatwa (Ceritera yang sesungguhnya).
Telah diungkapkan bahwa Aki Tirem, penghulu desa di pantai barat Jawa barat menjodohkan puterinya dengan Dewawarman. Ibu Aki Tirem adalah seorang wanita berasal dari Jawa Timur, sedangkan Dewawarman adalah pemimpin kelompok kaum pedagang dari India Selatan. Inilah kisah selanjutnya.
Alkisah Dewawarman dan Pasukan Aki Tirem berhasil mengalahkan perompak-perompak yang merongrong daerah pesisir. Disebutkan bahwa dalam satu pertempuran ada 37 perompak yang mati dan 22 orang tertawan, sedangkan pasukan Dewawarman yang tewas 2 orang, pasukan Aki Tirem 5 orang. Aki Tirem memperoleh perahu rampasan lengkap dengan barang-barang, senjata dan persediaan makanan.
Aki Tirem kemudian mengadakan pesta kemeangan. Pesta itu dimeriahkan dengan gamelan dan tari-tarian. Istri sang dewawarman tiba diiringi beberapa dayang, lalu duduk bersandin dengan suaminya. Anggota pasukan sang Dewawarman banyak terpesona oleh para penari, dayang dan gadis-gadis pribumi yang dilihatnya.
Akhirnya semua anggota pasukan Dewawarman menikah dengan wanita pribumi. Oleh karena itu Dewawarman beserta pasukannya tidak ingin kembali ke negerinya. Mereka menetap dan menjadi penduduk di sana, lalu beranak pinak.
Tatkala Aki Tirem sakit, sebelum meninggal ia menyerahkan kekuasaanya kepada sang menantu. Dewawarman tidak menolak diserahi kekuasaan atas daerah itu, sedangkan semua penduduk menerimanya dengan senang hati. Demikian pula para pengikut Dewawarman karena mereka telah menjadi penduduk di situ.
Setelah Aki Tirem wafat, sang Dewawrman menggantikannya sebagai penguasa di situ dengan nobat Prabu Darmalokapala Dewawarman Haji Raksa Gapura Sagara, sedang istrinya, Pohaci Larasati menjadi permaisuri dengan nama nobat Dewi Dwani Rahayu. Kerajaanya diberi nama Salakanagara atau negeri perak.
Lokasi Kerajaan Jawa Barat
Daerah kekuasaan Salakanagara meliputi Jawa Barat bagian barat dan smua pulau di sebelah barat Nusa Jawa. Laut di antara pulau Jawa dengan Sumatera masuk pula ke dalam wilayahnya. Oleh karena itu daerah sepanjang pantainya dijaga oleh pasukan Dewawarman. Perahu yang berlayar dari timur ke barat dan sebaliknya harus berhenti dan membayar upeti kepada sang Prabu. Pelabuhan-pelabuhan du pesisir Jawa Barat, Nusa mandala (P. Sangiang), Nusa Api dan pesisir Sumatera selatan juga dijaga ole Dewawarman.
Dewawarman menjadi raja selama 38 taun dari tahun 52 sampai tahun 90 Saka (130-168 M.) Ia beristeri 2 orang. Yang pertama seorang Benggala di India. Ia meninggal di negerinya. Di sana ada beberapa keturunannya. Isterinya yang kedua adalah puteri Aki Tirem . Keluarga Dewawarman memerintah Salakanegara dengan Ibukotanya yang bernama Rajatapura (yang artinya sama dengan Argyre).
Adik sang Dewawarman bernama Senapati Bahadura Harigana Jayasakti diangkatnya menjadi raja daerah penguasa mandala Ujung Kulon. Adiknya yang seorang lagi bernama Sweta Liman Sakti dijadikan raja di daerah Tanjung Kidul dengan ibukotanya Agrabintapura. Isterinya berasal dari negeri Singala sebuah pulau di selatan India.
Demikianlah kisah tentang Dewawarman yang menjadi penguasa Salakanagara dalam tahun 130 Masehi yang namanya pernah dikaitkan dengan sumber berita China tentang adanya seorang raja dari Ye-Tiao yang mengirim utusan kepada Maharaja China tahun 132 M. Menurut kisah di atas, Dewawarman pernah berkunjung ke China  sebagai duta keliling Raja Palawa, ibukota kerajaanya bernama Rajatapura (=kota perak) yang terletak di ujung barat Iabadiou (pulau Jawa).
Silsilah Salakanagara

catatan : 
Soal tahun-tahun memang tidak dapat dipastikan karena tidak ada catatan yang detail mengenai kerajaan Salakanagara ini. Sejarah Jawa barat perlu digali lebih dalam lagi.

         Tulisan berikut saya sarikan dari buku “Sejarah Jawa Barat” terbitan “Proyek Penerbitan Buku Sejarah Jawa Barat Pemprov DT I Jawa Barat” yang ditulis oleh Tjetjep Permana ,SH. dan Saleh Dansasasmita, Tahun 1983. Saya menganggap tulisan ini cukup penting untuk diketahui bagi kita selaku warga Jawa Barat untuk mengetahui fragmen sejarah Jawa Barat yang mungkin belum diketahui selama ini.
Tentang kerajaan pertama di kawasan Jawa Barat boleh dikatakan bahwa keberadaanya “Timbul-tenggelam” dalam pandangan para ahli sejarah. Bermula dari berita China dari jaman dinasti Han yang memberitakan bahwa “Raja Yeh-Tiao bernama Tiao-pien mengirimkan utusan ke China dalam tahun 132 Masehi”. Pulau Jawa khususnya Jawa Barat mulai memasuki lingkaran sejara abad kedua Masehi. Ye-Tiao diduga sama dengan Yawadwipa atau Yabadiu, dan nama Tiao-Pien diduga sama dengan Dewawarman.

Sasaran mengarah ke Jawa Barat karena berita itu dihubungkan pula dengan tulisan seorang ahli Ilmu Bumi Mesir bernama Claudius Ptolomeus dalam bukunya Geographia yang ditulis kira-kira tahun 150 M. Berdasarkan berita yang disadapnya dari saudagar-saudagar Arab yang biasa berdagang ke India, ia memberitahukan bahwa di dunia timur terdapat Iabadiou yang subur dan banyak menghasilkan emas. Di ujung barat Iabadiou terletak kota Argyre. Iabadiou dapat dicapai setelah melalui 5 pulau Barousai dan 3 pulau Sabadibai.

Ptolomeus
Wolters dalam bukunya Early Indonesia  Commerce menegaskan bahwa lukisan tentang letak Argyre dalam Geographia Ptolomeus itu sama dengan lukisan beritan China tentang Ko-ying. Ia sangat cenderung berkesimpulan bahwa Argyre = Ko-ying. Namun ia “terpaksa” menempatkan Ko-ying di bagian tenggara Sumatera karena terikat oleh dua buah syarat. Pertama  di sebelah utara Ko-ying dalam berita yang dikutipnya disebutkan ada sebuah gunung api. Kedua , disebutkan pula bahwa di sebelah selatan Ko-ying terdapat sebuah teluk bernama Wen dan di teluk ini terdapat sebuah Chou (Pulau atau daerah pesisir) bernama Pu-Lei.
Dalam peta yang dilampirkannya, wolters memang menepatkan Ko-ying pada bagian tenggara Sumatera. Akan tetapi dalam catatan bawahnya ia menambahkan keterangan bahwa letak Ko-ying belum dapat dipastikan, bahkan boleh jadi (“may even have been”) terletak di Jawa Barat. Sehubungan dengan dugaanya yang kuat itu, rupa-rupanya Wolters pun kurang memperhatikan kehadiran Gunung Krakatau yang sebelum meletus (1883), tentu merupakan sebuah pulau vulkanik yang utuh sehingga dalam abad ke-17 orang Jawa Barat masih menyebutnya sebagai  Nusa Api (apuynusa). Seandainya ia mengambil pantai barat pandeglang untuk meletakkan Argyre yang diyakininya sebagai Ko-ying itu, Wolters masih akan menemukan kondisi yang serupa: Gunung Krakatau di sebelah Utara (barat laut) dan Teluk Ujung Kulon di sebelah selatan lokasi yang mungkin ditunjuknya. Tinggalah ia memilih pulau atau pesisir yang nenebuhi lokasi Pu-lei. Di samping itu rasa penasaran yang terus menggodanya dapat dihapus sebab selain ia masih sanggup memenuhi tuntutan lokasi Ko-ying menurut berita China, ia pun dapat memenuhi lokasi Argyre yang menurut Ptolomeus terletak di ujung barat Iabadiou.
Sampai saat ini lokasi Argyre belum dapat dipastikan, tapi sambil menanti perkembangan lebih lanjut tentang kisah yang masih membuka peluang lebar bagi berbagai kemungkinan ini, sebaiknya kita menyantaikan diri dengan mengikuti penuturan Pangeran Wangsakerta mengenai Kathekang tatwa (Ceritera yang sesungguhnya).
Telah diungkapkan bahwa Aki Tirem, penghulu desa di pantai barat Jawa barat menjodohkan puterinya dengan Dewawarman. Ibu Aki Tirem adalah seorang wanita berasal dari Jawa Timur, sedangkan Dewawarman adalah pemimpin kelompok kaum pedagang dari India Selatan. Inilah kisah selanjutnya.
Alkisah Dewawarman dan Pasukan Aki Tirem berhasil mengalahkan perompak-perompak yang merongrong daerah pesisir. Disebutkan bahwa dalam satu pertempuran ada 37 perompak yang mati dan 22 orang tertawan, sedangkan pasukan Dewawarman yang tewas 2 orang, pasukan Aki Tirem 5 orang. Aki Tirem memperoleh perahu rampasan lengkap dengan barang-barang, senjata dan persediaan makanan.
Aki Tirem kemudian mengadakan pesta kemeangan. Pesta itu dimeriahkan dengan gamelan dan tari-tarian. Istri sang dewawarman tiba diiringi beberapa dayang, lalu duduk bersandin dengan suaminya. Anggota pasukan sang Dewawarman banyak terpesona oleh para penari, dayang dan gadis-gadis pribumi yang dilihatnya.
Akhirnya semua anggota pasukan Dewawarman menikah dengan wanita pribumi. Oleh karena itu Dewawarman beserta pasukannya tidak ingin kembali ke negerinya. Mereka menetap dan menjadi penduduk di sana, lalu beranak pinak.
Tatkala Aki Tirem sakit, sebelum meninggal ia menyerahkan kekuasaanya kepada sang menantu. Dewawarman tidak menolak diserahi kekuasaan atas daerah itu, sedangkan semua penduduk menerimanya dengan senang hati. Demikian pula para pengikut Dewawarman karena mereka telah menjadi penduduk di situ.
Setelah Aki Tirem wafat, sang Dewawrman menggantikannya sebagai penguasa di situ dengan nobat Prabu Darmalokapala Dewawarman Haji Raksa Gapura Sagara, sedang istrinya, Pohaci Larasati menjadi permaisuri dengan nama nobat Dewi Dwani Rahayu. Kerajaanya diberi nama Salakanagara atau negeri perak.
Lokasi Kerajaan Jawa Barat
Daerah kekuasaan Salakanagara meliputi Jawa Barat bagian barat dan smua pulau di sebelah barat Nusa Jawa. Laut di antara pulau Jawa dengan Sumatera masuk pula ke dalam wilayahnya. Oleh karena itu daerah sepanjang pantainya dijaga oleh pasukan Dewawarman. Perahu yang berlayar dari timur ke barat dan sebaliknya harus berhenti dan membayar upeti kepada sang Prabu. Pelabuhan-pelabuhan du pesisir Jawa Barat, Nusa mandala (P. Sangiang), Nusa Api dan pesisir Sumatera selatan juga dijaga ole Dewawarman.
Dewawarman menjadi raja selama 38 taun dari tahun 52 sampai tahun 90 Saka (130-168 M.) Ia beristeri 2 orang. Yang pertama seorang Benggala di India. Ia meninggal di negerinya. Di sana ada beberapa keturunannya. Isterinya yang kedua adalah puteri Aki Tirem . Keluarga Dewawarman memerintah Salakanegara dengan Ibukotanya yang bernama Rajatapura (yang artinya sama dengan Argyre).
Adik sang Dewawarman bernama Senapati Bahadura Harigana Jayasakti diangkatnya menjadi raja daerah penguasa mandala Ujung Kulon. Adiknya yang seorang lagi bernama Sweta Liman Sakti dijadikan raja di daerah Tanjung Kidul dengan ibukotanya Agrabintapura. Isterinya berasal dari negeri Singala sebuah pulau di selatan India.
Demikianlah kisah tentang Dewawarman yang menjadi penguasa Salakanagara dalam tahun 130 Masehi yang namanya pernah dikaitkan dengan sumber berita China tentang adanya seorang raja dari Ye-Tiao yang mengirim utusan kepada Maharaja China tahun 132 M. Menurut kisah di atas, Dewawarman pernah berkunjung ke China  sebagai duta keliling Raja Palawa, ibukota kerajaanya bernama Rajatapura (=kota perak) yang terletak di ujung barat Iabadiou (pulau Jawa).
Silsilah Salakanagara

catatan : 
Soal tahun-tahun memang tidak dapat dipastikan karena tidak ada catatan yang detail mengenai kerajaan Salakanagara ini. Sejarah Jawa barat perlu digali lebih dalam lagi.

0 komentar:

Sekedar catatan:



Kotak pada kolom blok komentar ini masih kosong. Maka merupakan suatu kehormatan jika sobat menjadi orang yang paling pertama menuliskan komentar, baik berupa pujian, masukan, kritikan, maupun pertanyaan di kolom komentar yang terletak di bawah kotak ini.

Tak ada yang bisa saya berikan selain ucapan terima kasih karena telah memberikan apresiasi terhadap artikel-artikelKampung Cibodas

Posting Komentar

Bisnis / Investasi Online

Bang Itok

Bang Itok